Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate

Thursday 25 June 2015

8 TENTARA MENGESANKAN YANG MENJADI PAHLAWAN !

SERBA SERBI DUNIA UNIK - Sahabat serba-serbi, tentunya kita setuju bahwa tentara merupakan pahlawan, karena mereka telah berkorban demi membela negaranya. Tapi 8 tentara berikut ini berbeda, mereka sangat menakjubkan, brilian, cerdik serta tangkas. Pantaslah jika mereka menerima berbagai pujian dan mendapat penghormatan.

1. Seorang tentara Inggris yang berperang di kedua Perang Dunia (I dan II), tertembak di wajah, kepala, pergelangan kaki, kaki, pinggul dan telinga, selamat dari kecelakaan pesawat, berhasil keluar dari terowongan kamp POW ... dan masih banyak lagi.



"Kami diberitahu bahwa pena lebih tajam dari pedang, tapi aku tahu senjata-senjata mana saja yang akan saya gunakan," kata Sir Adrian Paul Ghislain Carton de Wiart.


Ketika menjabat sebagai seorang perwira Angkatan Darat Inggris, Carton de Wiart bertugas di Perang Boer, Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua. Dia tertembak di wajah, kepala, perut, pergelangan kaki, kaki, pinggul, dan telinga. Dia selamat dari dua kecelakaan pesawat. Dia berhasil lolos dari kamp tawanan melalui terowongan. Dan dia pernah menggigit jari-jemarinya sendiri (agar putus) ketika dokter menolak untuk mengamputasi jari-jemarinya.

Menggambarkan pengalamannya dalam Perang Dunia Pertama, ia menulis, "Terus terang saya menikmati perang."

Pada usia 71 tahun, ia menikahi janda 23 tahun lebih muda darinya dan menetap di Irlandia, di mana ia menjalani kehidupan dengan berburu salmon dan snipe. Dia meninggal dengan tenang pada usia 83 tahun.

Otobiografinya, disebut ‘HAPPY ODYSSEY’, adalah salah satu memoar (riwayat hidup)militer yang paling luar biasa yang pernah ditulis. (Sumber)


2. Tentara Polandia yang mengajukan diri untuk dimasukkan ke penjara Auschwitz guna mengumpulkan informasi dan melarikan diri


Tidak ada yang menyangkal bahwa hidup di kamp-kamp konsentrasi Nazi benar-benar seperti berada dalam neraka. Kamp kematian ‘Auschwitz’, yang terletak di selatan Polandia, adalah kamp konsentrasi dan pemusnahan (concentration and extermination camps) yang terbesar.

Selama Perang Dunia II, jutaan orang Yahudi dan orang-orang yang ‘dirasa’ musuh bagi Nazi dikirim ke kamp-kamp konsentrasi kematian. Setelah mendengar tentang kekejaman ini, seorang veteran Perang Polandia-Soviet sekaligus anggota perlawanan yang berusia 39 tahun, Witold Pilecki, mengajukan diri untuk dimasukkan ke penjara Auschwitz untuk diam-diam mengumpulkan intelijen dan kemudian melarikan diri.

Sementara di kamp konsentrasi, Pilecki diam-diam menginformasikan pihak Sekutu dari kekejaman yang ia saksikan di Auschwitz dan mengorganisir gerakan perlawanan.

Pada tahun 1943, setelah tiga tahun berada di Auschwitz, Pilecki berhasil melarikan diri. Dia ikut andil dalam Pemberontakan Warsawa pada bulan Agustus tahun 1944 dan menjabat di pemerintahan Polandia yang berbasis di London, tapi dieksekusi pada tahun 1948 oleh polisi Stalin karena dianggap "foreign imperialism" atau imperial dari luar negri.

Keberanian Pilecki yang ditindas oleh Komunis selama bertahun-tahun, dan itu tidak sampai tahun 1989 dikenal dunia sebagai manusia heroik yang memiliki keberanian. Kisahnya diceritakan dalam buku ‘The Auschwitz Volunteer’: Beyond Bravery. (Sumber)


3. Prajurit AS yang seorang diri menahan lebih dari 100 tentara Jepang dalam Perang Dunia II



Tamtama (tingkatan dalam keprajuritan) John R. McKinney menerima penghargaan ‘Medal of Honor’ dalam Perang Dunia II karena keberaniannya merebut kembali Filipina dari pasukan Jepang pada tahun 1945. McKinney dengan seorang diri meng’handle’ 100 tentara Jepang dalam sebuah perang yang krusial sebelum bala bantuan tiba.

Menurut salah satu sumber, "Tiga puluh delapan tentara Jepang mati oleh senapan mesin dan dua lagi oleh mortar sejauh 45 yard adalah bukti kehebatan menakjubkan yang dilakukan oleh McKinney seorang diri. Dengan semangatnya yang gigih, kemampuan bertarung yang luar biasa, dan keberanian yang tak tergoyahkan dalam menghadapi rintangan yang luar biasa, McKinney menyelamatkan negaranya dari pemusnahan dan merupakan contoh keberanian yang tak tertandingi. "

Dia meninggal pada tahun 1997 pada usia 76 tahun. Dia berusia 24 tahun ketika peristiwa itu terjadi. (Sumber)


4. Seorang tentara Perang Dunia II yang ditangkap, mengelabui musuh dengan tertawa dan ketika musuh ikut tertawa, ia mencabut senapan dan membunuh semua orang



Pada tahun 1945, seorang Angkatan Darat AS bernama Sersan Leonard A. Funk, Jr. dan anak buahnya ditangkap oleh tentara Jerman di sekitar Holzheim, Belgia.

Pada satu ketika, ia melihat seorang perwira Jerman berteriak memberi perintah tapi ia malah tertawa. Meskipun kemudian ia bersikeras mencoba untuk berhenti tertawa, tapi ia tidak bisa, ia terus saja tertawa (mungkin bagi dia, si perwira tadi jika teriak terlihat kocak). Tapi anehnya justru banyak tentara Jerman ikut tertawa, yang juga membuat Funk tertawa lebih keras. Si perwira Jerman itu menjadi semakin ‘terganggu’, berteriak lebih keras dan semakin marah.

Kemudian, Funk melakukan hal yang tak terpikirkan. Sambil menghindari lampu sorot patroli, ia mengeluarkan senjatanya dan melepaskan tembakan, lalu ia mengosongkan gudang senjati milik musuh. Dalam hitungan detik, Funk berhasil melumpuhkan perwira Jerman yang sedang mengisi peluru. Dia menembaki tentara Jerman lainnya sambil berteriak menyeru teman-temannya untuk mengambil senjata dan bergabung dengannya.

‘Perlawanan’ kecil itu dapat dengan cepat membunuh 20 tentara musuh dan sisanya melemparkan senjata mereka dan menyerah. Karena tindakan-tindakan ini, Leonard Funk dianugerahi penghargaan tertinggi di Amerika, ‘Medal of Honor’. (Sumber)


5. Seorang Prajurit yang meyakinkan musuh bahwa mereka berperang melawan seluruh unit



AnĂ­bal Milhais dijuluki "Jutaan Tentara" (Soldier Millions) karena alasan yang bagus.

Ia merupakan seorang tentara Portugis dari Perang Dunia I yang paling banyak menerima penghargaan dan satu-satunya tentara yang diberikan kehormatan tertinggi di negara itu. Milhais berada di tengah-tengah pertempuran La Lys, di Belgia, juga ketika terjadi penarikan tentara Portugis dan Skotlandia. Dalam beberapa jam dari pertempuran tersebut, 1.938 orang tewas, 5.198 luka-luka dan sekitar 7.000 tawanan.

Pada 9 April 1918, Milhais bertanggung jawab atas pistol ‘Lewis’ miliknya. Selama ‘Operasi Georgette’, ketika Tentara Jerman menyerang divisinya, Milhais ‘menari-nari’ dengan senapan mesinnya itu  dan mempertahankan resimennya (pasukan tentara yang terdiri atas beberapa batalion yg biasanya dikepalai oleh seorang perwira menengah) dari serangan Jerman, menyebabkan banyak korban. Dia berhasil meng-cover tentara Portugis dan Skotlandia ketika para tentara tersebut ditarik mundur. Ia menembak dengan senapannya ke semua arah dan bertahan di posnya sampai ia kehabisan amunisi.

Ketika ia memutuskan untuk patroli keliling, Milhais mendapati dirinya berada di belakang garis musuh selama tiga hari. Pada hari ketiga, Milhais, masih membawa senapan Lewis nya, ia diselamatkan oleh seorang mayor Skotlandia di rawa-rawa dan dua orang tersebut berhasil mencapai garis Sekutu.

Tindakannya itu kemudian digambarkan sebagai "senilai satu juta orang," (worth a million men) sekaligus menjadi nama julukannya. Sayangnya, setelah perang berakhir, ekonomi negara Portugis mengalami kebangkrutan dan Milhais menghadapi kesulitan dalam menafkahi keluarganya.

Pemerintah Portugal berjanji untuk membantu tetapi, bukannya berupa uang saku, mereka hanya bisa memberi ‘bantuan’ berupa pemberian nama desanya dengan nama dirinya. Dia meninggal pada tahun 1970 di Valongo of Milhais. (Sumber)


6. Tentara Amerika yang sengaja meminta serangan artileri untuk menunda musuh



Sebagai bagian dari divisi Afrika-Amerika dalam Perang Dunia II, Letnan John R. Fox dengan suka rela tetap berada di belakang sebagai pengamat (observer) di salah satu desa Italia yaitu Sommocolonia pada tahun 1944. Pasukan Amerika dipaksa untuk mundur dari desa tersebut setelah desa itu dibanjiri oleh tentara Jerman.

Dari posisinya yang berada di lantai dua sebuah rumah, Fox melalui radio meminta kepada anak buahnya untuk mendatangkan meriam artilety di dekat posisinya, kemudian melalui radio lagi ia meminta untuk bergerak lebih dekat. Prajurit yang menerima pesan tertegun, ia pikir sang letnan sedang dalam bahaya, tidak ada cara baginya untuk tetap bertahan hidup. Ketika Fox diberitahu ini, dia menjawab dengan  "Tembaaaaak!". Penembakan ini menunda masuknya tentara Jerman ke desa tersebut hingga unit lain bisa menata untuk mengusir serangan mereka.

Aksi Fox diizinkan pasukan AS (yang ketika itu tidak punya pilihan selain mundur) untuk mengatur serangan balik dan mendapatkan kembali kontrol desa. Setelah pasukan merebut kembali Sommocolonia, mereka menemukan tubuh Fox bersama dengan tubuh sekitar seratus tentara Jerman.
Fox menerima anumerta (penghargaan yang diberikan kepada anggota angkatan bersenjata yang dianggap berjasa kepada negara, sesudah orangnya meninggal) penghargaan ‘Medal of Honor’ pada tahun 1997 karena rela mengorbankan hidupnya. (Sumber)


7. Pilot Amerika yang mempertaruhkan hidupnya sendiri untuk menyelamatkan penduduk desa Vietnam selama ‘pembantaian My Lai’



Hugh C. Thompson Jr. sangat tepat disebut sebagai "Pahlawan My Lai" atau "The hero of the My Lai massacre”. Dia adalah prajurit yang menghentikan temannya yang sesama tentara Amerika mengamuk dan membunuh warga sipil di desa Son My selama Perang Vietnam.

Pada tanggal 16 Maret 1968, Thompson dan tim helikopter pengamat diperintahkan untuk mendukung pencarian Task Force Barker dan menghancurkan operasi darat di Son My. "Kami terus terbang bolak-balik, terbang ke depan dan ke belakang, dan tidak butuh waktu lama sampai kita mulai melihat banyak tubuh mayat di mana-mana. Di mana saja kita melihat, kita melihat mayat. Ada bayi , anak dua tahun, anak tiga tahun, empat tahun, lima tahun, perempuan, laki-laki yang sangat tua, tidak ada satupun orang yang wajib militer dalam mayat-mayat tersebut, " Thompson menceritakan.

Thompson dan krunya, merasa tidak percaya dan shock, mereka kembali ke helikopter dan mulai mencari warga sipil yang bisa mereka selamatkan. Dia relokasi sebanyak yang dia bisa, dan membujuk mereka untuk mengikutinya ke lokasi yang lebih aman. Dia kemudian membuat laporan resmi dari pembunuhan. Akhirnya, dia memberikan kesaksian terhadap personil Angkatan Darat Amerika Serikat dalam perjalanan panjang dan menyakitkan untuk menjamin keadilan. "Saya telah menerima ancaman pembunuhan melalui telepon ... ada hewan mati di teras Anda, ada hewan yang dimutilasi di teras Anda di pagi hari ketika Anda bangun," ungkapnya.

Pada tahun 1998, tepatnya 30 tahun setelah pembantaian itu, Thompson dan dua anggota lain dari kru diberikan Medali, penghargaan tertinggi Angkatan Darat Amerika Serikat karena keberanian tidak melibatkan kontak langsung dengan musuh. Cerita Thompson diceritakan di bukunya Trent Angers “The Forgotten Hero of My Lai: The Hugh Thompson Story”. (Sumber)


8. Prajurit Jepang yang tidak menyerah sampai 29 tahun setelah Perang Dunia II usai



Pada tahun 1944, Jepang mengirim Letnan Hiroo Onoda dan beberapa unit lainnya untuk melakukan perang gerilya di Lubang, sebuah pulau di Filipina yang jarang penduduknya. Meskipun perang berakhir segera setelah itu, Onoda dan teman sebangsanya tidak pernah secara resmi diberitahu, sehingga mereka terus tinggal dan berjuang dengan penduduk setempat selama tiga puluh tahun ke depan.

Onoda tinggal di hutan selama beberapa dekade, bertahan hidup dengan kelapa dan pisang. Pada bulan Oktober 1945, pemerintah Jepang berusaha untuk memberitahu tentara yang bersembunyi di hutan terpencil bahwa perang telah berakhir, tapi Onoda dan teman sebangsanya percaya koran dan selebaran yang dijatuhkan oleh pesawat yang merupakan propaganda Sekutu. Mereka meneliti setiap kata yang ada di brosur, tapi mereka memutuskan bahwa mereka tidak akan menyerah sampai komandan mereka memberitahu mereka. Tim pencarian telah dikerahkan, tapi tidak ada yang pernah bisa menemukan Onoda dan teman-temannya.

Setelah bertahun-tahun, semua teman sebangsanya meninggal. Satu orang memutuskan untuk menyerah dan menyelinap jauh dari perkemahan mereka. Onoda tinggal sendirian selama dua puluh tahun, dan ia menjadi legenda di kalangan orang-orang Jepang dan Filipina yang percaya bahwa Onoda telah meninggal. Pada tahun 1974, seorang backpacker (seorang yang membawa ransel punggung dalam rangka jelajah alam) menemukan Onoda dan mencoba untuk meyakinkan dia bahwa perang memang sudah berakhir, tapi Onoda keras kepala, ia menolak untuk percaya padanya.

Seorang backpacker tadi, yang bernama Norio Suzuki, meninggalkan pulau tersebut dan mengatur pertemuan antara Onodo dan komandannya yang sekarang sudah pensiun. Ketika Onodo diberitahu kebenarannya, ia terkejut hampir tidak percaya. Ia dipuji sebagai pahlawan di Jepang, dan diampuni atas tewasnya dan terlukanya orang-orang Filipina ketika ia tinggal di pulau tersebut selama bertahun-tahun. Setelah diintegrasikan kembali dengan hidup bermasyarakat pada umumnya, Onado memutuskan bahwa ia lebih suka yang sederhana, gaya hidup soliter (gaya hidup menyendiri dan terpenci). Dia pindah ke Brasil dan mengurus peternakan, kembali ke pulaunya hanya sekali yaitu pada tahun 1996.

Onoda menerbitkan memoarnya pada tahun 1974. Dalam bahasa Inggris, buku ini berjudul “No Surrender: My Thirty-Year War”. (Sumber)

No comments:

Post a Comment